KOPI DAN ORIENTASI KRITIK

Ilustrasi : Google

Ilustrasi : Google

Sekedar Intermezzo,

Sadar tidak sadar pembentukan karakter pada diri ini sangat dipengaruhi dari satu pola yang kita anggap menarik. Seiring itu pula kita mengasumsi banyak pikiran orang, tapi belum tentu sama makna pemahamannya pada orang yang menjadi asumsi kita sendiri. Maka setiap pemahaman kita ini tidak lepas dari kritik.

***

Membahas kritik tidaklah asik bila kita tidak tahu apa itu kritik, bukan? Kritik itu kata dasarnya adalah kritikos berasal dari bahasa yunani. Dan kata kritikos itu sendiri dari kata krites yang artinya orang yang memberikan pendapat beralasan” atau “analisis”, “pertimbangan nilai”, “interpretasi”, atau “pengamatan”. Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Mau tahu lebih lanjut bisa lihat disini.

Kerangka berpikir kritik menawarkan ruang baru dan ruang gerak untuk membangun suatu ide yang lebih baik dari sebelumnya. Dan sudah menjadi kepastian bahwa kemajuan dibidang apapun didapatkan karena adanya kritik.

Seks dan Kopi Hangat yang pernah ditulis oleh Mariska Lubis, menginspirasikan tulisan ini “kopi dan orientasi kritik”. Kritik bagaikan kopi, bukan? Pahit dirasa tapi entahlah ada kenikmatan tersendiri. Kenikmatan kopi akan berkurang bila kita minum dalam keadaan dingin dan menjadi suatu kenikmatan yang luar biasa bila dalam keadaan panas. Begitupun daya tarik kritik pastilah panas dan bila semakin panas maka semakin bisa dinikmati.

Adalah suatu keegoisan jika kita tidak bisa menerima kritikan. Dan dari tidak bisanya kita menerima kritikan maka dari sinilah timbulnya pembenaran diri. Dimana kita selalu merasa benar dari apa yang kita ucapkan, kita lakukan, padahal belumlah tentu itu semua benar. Kita sering terjebak dalam pikiran kita sendiri seperti halnya ikan dalam aquarium terasa bebas tapi sebenarnya tetaplah dalam aquarium.

Ludwig Feuerbach adalah filsuf yang membakar pikiran dan hati banyak orang. Satu kutipan dari Feuerbach adalah “Manusia … baru menjadi manusia melalui manusia lain”. Feuerbach adalah seorang yang sangat kritis terhadap agama. Baginya agama atau kepercayaan pada Tuhan hanyalah proyeksi manusia. Siapa coba yang tidak terbakar bila mendengar dan melihat tulisan yang dinyatakannya dan ditujukan untuk para theis?  Tapi bila kita melihat secara praktisnya memang ada juga bukan? Kita bisa lihat dari sejarah yang ada tentang kekuasaan, yang memerintah sesuatu hal dengan mengatasnamakan Tuhan padahal ada hidden needs (tujuan yang tersembunyi  tanpa ada hubungannya dengan Tuhan).

Kutipan “Manusia … baru menjadi manusia melalui manusia lain”. Ini jelas masuk akal dan berdasar karena kita tidak bisa pungkiri lagi bahwa kita harus butuh seseorang, maka kita juga dikenal dengan mahluk sosial. Pemberian dan berbagi buat saya itu tidak harus berupa hadiah dan nasehat-nasehat tapi kita juga bisa memberikan dan berbagi dengan kritik. Namum kritik yang dimaksud adalah kritik yang membangun dan punya kualitas kritik yang baik.

Kritik yang diberikan oleh Feuerbach tentang agama dan kepercayaan. Membuat kita berpikir dan bertindak bahwa agama itu adalah panggilan hati yang tidak bisa dijual dan ditunggangi atas kekuasaan. Hingga masyarakat sekarang ini lebih berpikir kritis terhadap sesuatunya. Dan sekarang kita juga lebih pintar serta lebih waspada terhadap isu dan provokatif yang mengatasnamakan agama dan Tuhan. Karena agama dan Tuhan adalah sasaran paling empuk sebagai alat provokatif. Dan dengan adanya kritik seperti ini kita lebih mengenal apa fungsi agama dan Tuhan?

Satu hal kritik yang baik adalah kritik terhadap pemahaman seseorang yang menjadi objek kritik kita. Artinya kritik disini bukan menganalisa objek Si pemaham, tetapi hasil pemahaman atau hasil analisa orang itu terhadap objeknya.

Sebagai contohnya saya punya bunga mawar dan andapun diberikan bunga mawar yang sama, setelah itu kita sama-sama disuruh untuk merawat agar tumbuh bunganya dengan cepat dan indah. Anda dan saya sama-sama menyiram secara teratur dan anda memberikan pupuk bunga tapi saya hanya menyiram bunga tanpa memberikan pupuk. Dan kemudian hasilnya bunga mawar yang ada pada anda lebih cepat tumbuh dan berkembang. Dan bunga mawar yang ada pada saya berkembang tapi cukup makan waktu yang lama. Disinilah kritik bisa dibangun bahwa pemahaman saya tentang merawat mawar itu yang salah. Yang tidak mengikuti prosedur yang benar. Jadi kritik itu ditujukan pada pemahaman seseorang bukan objekya yaitu bunga mawar itu sendiri.

Buat saya contoh diatas ini sering terjadi dan menjadi kekeliruan atau fallacy. Dimana yang sering kita kritik adalah objeknya (bunga mawar) bukan pemahaman si penganalisa objek tersebut (saya dan anda). Ya jika seperti ini wajar diskusi buat pembelajaran diri sering tidak konek. Dan yang ada hanya panas  yang tidak nikmat karena tidak terarah kemana, dan pembahasanpun  entah kemana, seperti kita tahu apa itu “kopi” tapi tidak tahu cara menikmatinya. Dan dari sinipula kita bisa terjebak dengan pemahaman kita sendiri.

Bawalah semangat “empty your cup” dan “open minded” karena bila kita membawa semangat kedua itu, kita bisa lebih mudah memahami sesuatu. Dan selalu memberikan ruang kosong untuk dimasuki hal dan pemahaman baru dari luar yang bisa menambah wawasan kita lebih luas dan bukalah pikiran kita seluas-luasnya.

Kita tidak perlu takut terbawa hal yang mengarah ke negative karena tesis itu berbarengan bersama antitesis yang sudah ada. Singkatnya seperti ini kita tahu dan bisa membedakan warna hitam dengan warna  lainnya karena kita tahu warna yang beda dari warna hitam seperti, putih, merah dan lain-lainya yang sudah kita tahu sebelumnya. Dan bagaimana bisa ada warna-warna lainnya dalam pemahaman kita itu? Ya, karena hasil analisa kita terhadap dunia luar (eksternal) yang dikategorikan didalam pemahaman kita (internal).

Jadi kritikpun bisa dibantah selama kita bisa memberikan penjelasan sesuai kaidah hukum logika dan hukum positif yang berlaku.

Salam berbagi kritik,

Pesan :

Tulisan ini tidaklah akademik hanya coret-coretan dan terinspirasi dari judul tulisan teh ML Seks dan Kopi Hangat”. Dan tulisan ini juga pola pikir dan hasil logika saya sendiri dari hasil pengasumsian banyak pikiran orang. Yang pastinya tulisan inipun tak lepas dari kritik karena pemahaman saya tentunya beda dengan anda. So pastinya saya akan menerima segala kritik yang berdasar. I luv u all…  🙂

~ Memang nikmat membaca itu tapi lebih nikmat lagi bila kita menulis, dan terus berkarya ~

Oleh Gw Untuk Lo~  PiSs ah…!! 😛