SEBUAH CATATAN DARI LUKISAN KATA

Foto : sunartombs.wordpress.com

Foto : sunartombs.wordpress.com

Bermula dari kotak kardus yang selama ini saya simpan, dan tidak sengaja, yang tadinya saya bemaksud mencari foto waktu sekolah SMP, tapi akhirnya menemukan sepucuk surat dari seorang teman wanita. Begitu terkejutnya ketika saya membaca surat itu, yang berisi ungkapan perasaan dia pada saya. Dan juga beberapa barang kenangan yang diberikan teman-teman pada waktu itu sebagai pengingat persahabatan, yang membawa saya teringat pada masa lalu yang indah.

Dan saya juga teringat pada pelajaran bahasa Indonesia dalam tugas “mengarang” dibangku sekolah dasar, yang sebenarnya buat saya pribadi “mengarang” itu tugas yang membosankan. Tugas mengarang ini membuat jari-jari terasa pegal, karena kita di wajibkan mengarang dan menulis dalam satu lembar buku tulis, dan tentunya juga harus lebih dari empat paragraf.

Tapi yang membuat saya bertanya akan surat cinta yang ada ditangan saya ini, surat yang ditulis begitu banyaknya tanpa ada rasa bosan dan lelah, karena tak lepas ada tujuannya. Dan karena ada tujuan juga, yang membuat saya menulis satu tulisan ini.

***

Kata demi kata menjadi satu kalimat, dari kalimat ke kalimat menjadi satu paragraf, dari paragraf ke paragraf menjadi satu tulisan. Dan dari satu tulisan, kita bisa ambil sebuah kesimpulan dan tujuannya tulisan itu dibuat. Seperti hal nya sebuah pernyataan “Tak ada kata yang tak bermakna”. Begitu juga, apa yang ditulis oleh Aristoteles dalam De Interpretatione, Bahwa kata-kata yang kita ucapkan adalah simbol dari pengalaman mental kita, dan kata-kata yang kita tulis adalah simbol dari kata-kata yang kita ucapkan”.

Sebuah pertanyaan yang tersimpan lama dalam benak, kini pelan-pelan hampir terjawab. Mengapa orang begitu hanyut ketika membaca buku, surat, atau tulisan, entah berisi fiksi atau fakta, entah berupa narasi ataupun deskripsi? Dan ternyata ada hubungannya dengan lukisan kata-kata, karena yang kita baca adalah sebuah kata-kata yang hidup, yang seakan melukisan sebuah cerita ataupun sebuah pemaparan yang menggungah emosi dan memutar pikiran kita.

Sebuah Negara bisa berkembang dan maju peradabannya karena tak lepas dari budaya kesadaran, dan sebagai penunjang akan kesadaran, maka setiap masyarakatnya harus bisa berhitung dan membaca. Selain moral sebagai prosesnya, kita juga harus melengkapi seni tulisan lepas. Belajar menulis dan melukiskan kata-kata yang ingin kita sampaikan itu bisa menjadi pelengkap, yang membawa sebuah Negara ke gerbang kemajuan.

Kenapa belajar melukiskan kata-kata dalam tulisan begitu pentingnya? Sekarang, kita bisa lihat dan putar sedikit pemikiran kita, bukankah dengan menulis kita pasti membaca dan lebih mengerti apa yang kita baca? Membaca, hampir semua bisa membaca, tapi untuk lebih memahami apa yang dibaca, maka kita harus menulis dan melukiskan kata-kata apa yang dibaca tadi. Artinya, kita dituntut untuk lebih memahami apa yang dibaca. Kalau sekedar membaca, inilah yang kadang membuat pesan dari tulisan yang kita baca bagai angin lalu.

Menurut saya, program belajar dan apa yang diajarkan di sekolah begitu pentingnya, terutama pelajaran bahasa Indonesia dengan tugas “mengarang” dan mencatatnya. Dimana program pendidikan disini masih perlu ada “penggalakan menulis” kembali. Orang tua saya sering menceritakan pada saya, bagaimana orang zaman dulu belajar? yang kebanyakan harus “mencatat” karena buku pada saat itu cukup mahal dan sulit didapatkan. Dan dengan alasan ini pula, bahwa dengan mencatat, artinya kita dituntut untuk baca dan harus memahami.

Tidak perlu dibuktikan lagi, bahwa memahami sedikit bacaan itu lebih bermanfaat, dibanding banyak membaca, tapi bagai angin lalu. Disini, kita tidak harus kembali menggunakan cara yang lalu, tapi kita harus mengupayakan semua yang telah diberikan zaman dengan sebaik-baiknya. Metode mencatat dan membuat kesimpulan, dengan melukiskan apa yang dibaca dari setiap buku yang kita punya, atau yang telah dibahas dalam pelajaran, mungkin bisa menjadi salah satu cara yang sederhana, dikarenakan setiap siswa atau seorang pembaca di haruskan merangkum dengan menggunakan gaya tulisan sendiri. Dari sini juga kita bisa tahu bahwa setiap siswa atau seorang pembaca harus memahaminya.

Kita juga bisa lihat kenyataanya lagi, banyak dari guru-guru yang memberi tugas membuat makalah dengan referensi bebas. Dimana setiap siswa-siswanya menjadikan “gaya copy paste” menjadi hal biasa atau mungkin tak dibaca sepenuhnya, yang penting judulnya berkaitan. Padahal belum tentu isinya sama dan berkaitan dengan tugasnya. Kita tahulah, fungsi perpustakan apa? dan sekarang ini, hampir tak laku karena sedikit pengujungnya. Perpustakaan kini telah terhapuskan dengan “budaya copy paste”. Seharusnya perpustakaan bisa berguna sesuai fungsinya, dimana perpustakan bisa juga menjadi bahan referensi tugas dari sekolah.

Membaca dan berhitung itu penting, tapi lebih penting lagi bila kita melukiskan kembali dengan sebuah tulisan dan memahaminya, dari apa yang dibaca dan dihitung.

Salam

~ Memang nikmat membaca itu tapi lebih nikmat lagi bila kita menulis, dan terus berkarya ~

Oleh Gw Untuk Lo~  PiSs ah…!! :p

Catatan :

Begitu bodohnya, saya yang dulu menganggap tugas “mengarang” tidak berguna, Karena surat cinta itu, saya jadi ingin menulis dan mendapatkan ide ini. Entahlah dimana dia (penulis suratnya) sekarang? tapi yang pastinya, terima kasih banyak. Dan sebagai bonusnya, saya berikan pada teman-teman kompasianer karena rasa kangen akan kekuatan virus cintanya.. hahahaha… 😛

Tinggalkan komentar

Belum ada komentar.

Comments RSS TrackBack Identifier URI

Tinggalkan komentar